1. Charlton 
 Berasal dari  keluarga sepakbola. Charlton bersaudara merupakan dua kakak adik yang  pernah bermain bersama di tim nasional Inggris. Bahkan keduanya  mengantarkan Inggris menjadi juara dunia 1966.
 Jack Charlton

 Kalah bersinar dibandingkan sang adik,  Bobby. Saat adiknya meraih popularitas karena menjadi pilar klub elit  Manchester United dan juga tim nasional, Jack lebih memilih  berkonsentrasi dengan pekerjaannya sebagai anggota National Service. 
 Bahkan bek bernama lengkap John  Charlton yang bermain di Leeds United baru dipanggil timnas oleh manajer  legendaris Alf Ramsey saat usianya menjelang 30. Bandingkan dengan  Bobby yang sudah menjadi andalan St George's Cross saat berusia 21. 
 Ia dan  adiknya memperkuat Inggris di Piala Dunia 1966. Sukses bersejarah bagi  Charlton bersaudara karena mengantarkan Inggris menjadi juara dunia.  Keduanya tampil bersama di final.
 Karir Jack  termasuk 'biasa-biasa' saja saat sebagai pemain. Namun, ia jauh lebih  sukses sebagai manajer dibandingkan adiknya yang gagal total saat  mencoba menangani sebuah tim. Jack sukses mengangkat prestasi Irlandia.  Sebagai penghargaan, ia menjadi warga kehormatan Irlandia.
 Bobby Charlton

 Karirnya lebih gemilang dibandingkan  sang kakak. Legenda Manchester United dan termasuk salah satu pemain  terbesar sepanjang sejarah sepakbola Inggris. Bobby lolos dari tragedi  Munich pada 1958 yang nyaris menghancurkan skuad Red Devils. 
 Ia juga  menjadi bagian dari kebangkitan United dengan memenangi Piala Champions  1968 sekaligus tim Inggris pertama yang memenangi gelar tersebut. 
 Sebelumnya, bersama sang kakak, Bobby mengantarkan Inggris juara dunia 1966. Di tahun sama, ia menjadi Pemain Terbaik Eropa. 
 Bobby  mencetak berbagai rekor dalam karir sepakbola. Termasuk topskor timnas  dengan 49 gol. Rekor itu belum terpecahkan, termasuk rekor bermain  bersama United selama di liga. Namun rekor bermain di berbagai kompetisi  sudah dipatahkan oleh Ryan Giggs.
 Sukses  sebagai pemain, namun Bobby gagal total saat menangani tim. Ia hanya  mengarsiteki Preston North End dan Wigan Athletic sebelum menjadi  direktur di United.
 2. Laudrup 
 Dari kakek sampai cucu bermain sepakbola. Dua bersaudara, Michael dan Brian Laudrup menjadi pilar kekuatan Denmark.
 Michael Laudrup

 Michael tak  pernah menyesal tak ikut menjadi bagian dari Dinamit Denmark yang secara  mengejutkan memenangi Euro 1992. Padahal, saat itu Denmark bisa tampil di putaran final menggantikan Yugoslavia yang mengalami krisis politik. 
 Selain  berselisih dengan pelatih Richard Muller Nielsen, ia juga mengecam  didiskualifikasinya Yugoslavia yang menurutnya lebih bersifat politis  ketimbang sepakbola semata. Berbeda dengan sang adik, Brian, yang tetap  menjadi bagian dari skuad Denmark.
 Karir Laudrup  bersaudara sama-sama cemerlang. Hanya, Michael lebih bersinar karena  bermain di klub-klub besar Eropa. Ia menjadi pilar Juventus, Barcelona  dan Real Madrid. 
 Di Barca,  Michael termasuk salah satu pemain yang berani melawan arus dengan  menyeberang klub yang memiliki rivalitas abadi dan sukses. 
 Michael yang  mendapat kehormatan sebagai pemain terbesar sepanjang sejarah Denmark  pilihan Asosiasi Sepakbola Denmark ini memenangi empat gelar Primera  Liga Spanyol bersama Barca dan dilanjutkannya saat bermain untuk Madrid.
 Michael menjadi salah satu dari 125 greatest living footballers pilihan Pele dalam FIFA 100 atau peringatan 100 tahun FIFA. 
 Brian Laudrup 

 Sang adik  yang memilih bergabung dengan tim nasional Denmark tampil di Euro 1992.  Dan, sejarah mencatat, Denmark yang diperkuat Brian meraih sukses dengan  menjuarai turnamen sepakbola terbesar di daratan Eropa itu. 
 Hanya,  karirnya di klub memang kalah cemerlang dibandingkan Michael.  PemainTerbaik Denmark 1989 ini mulai mencuat saat bergabung dengan  Bayern Muenchen pada 1990. Namun, ia cuma bertahan dua musim sebelum  pindah ke Italia. 
 Brian sempat  membela Fiorentina dan AC Milan sebelum menyerang ke Skotlandia. Dia  menjadi pilar kekuatan Rangers selama empat musim. 
 Piala Dunia  1998 menjadi salah satu momen berkibarnya Laudrup bersaudara. Mereka  sempat membuat Brasil kalang-kabut di babak perempat-final meski  akhirnya kalah 3-2. 
 Di pertandingan itu, Brian mencetak gol indah yang menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Laudrup bersaudara juga terpilih dalam All Star Team Piala Dunia versi FIFA. 
 Di usia 29, saat karirnya mencapai puncak, Brian justru memilih pensiun dari timnas. Brian juga menjadi salah satu dari 125 greatest living footballers pilihan Pele dalam FIFA 100. 
 3. Van de Kerkhof 
 Trah Van de Kerkhof mempelopori kehadiran kakak-adik dalam skuad Belanda. 
 Willy van de Kerkhof

 Gelandang  bernama lengkap Wilhelmus Antonius van de Kerkhof bersama Rene, saudara  kembarnya, menjadi pilar kekuatan Belanda pada pertengahan 1970-an. 
 Kehadiran mereka memiliki momen yang tepat karena Belanda menjadi perhatian dunia setelah melahirkan total football. Piala Dunia 1974 menjadi ajang untuk mempresentasikan total football ala Belanda. 
 Dan, Willy turut berperan mengantarkan Belanda mencapai final sebelum ditaklukkan Jerman (Barat).
 Sukses itu  diulanginya pada Piala Dunia 1978. Willy masih menjadi pilar kekuatan  Belanda saat melaju di final dan kembali dikalahkan oleh tim tuan rumah.  Kali ini, Argentina yang mengalahkan mereka. 
 Willy  tercatat 63 kali membela timnas dan mencetak lima gol. Dia termasuk  salah satu dari 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. 
 Rene van de Kerkhof

 Saudara  kembar dari Willy yang biasa beroperasi di sayap kanan. Reinier 'Rene'  Lambertus van de Kerkhof bermain bersama saudaranya di Piala Dunia 1974  dan 1978. Ia bermain 47 kali di timnas dan mencetak lima gol. Seperti  saudaranya, ia bermain di Twente dan PSV Eindhoven. 
 Dalam final  Piala Dunia 1978, Rene menjadi pusat perhatian karena mengenakan bandana  di lengannya yan cedera. Meski sudah diizinkan oleh FIFA dan digunakan  di beberapa pertandingan sebelumnya, namun Argentina yang menjadi lawan  Belanda di final, tetap mengajukan keberatan. 
 Rene bersama saudaranya termasuk salah satu dari 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. 
 4. Koeman 
 Belanda  kembali memunculkan dua bersaudara. Kali ini, Koeman bersaudara, Erwin  dan Ronald, yang melejit saat mengantarkan Belanda menjadi juara Eropa  1988 dengan mengalahkan Uni Soviet 2-0. Koeman merupakan keluarga  pesepakbola. 
 Erwin Koeman

 Karir Erwin,  sang kakak, lebih banyak dihabiskan di Groningen dan PSV Eindhoven.  Erwin yang biasa bermain sebagai gelandang kalah bersinar dibandingkan  adiknya yang malang-melintang di Ajax Amsterdam, PSV dan kemudian  menjadi pilar kekuatan Barcelona. 
 Meski  demikian, ia pernah sukses bersama klub elit Belgia, KV Mechelen. Erwin  membawa Mechelen menjadi juara Piala Winners 1988 dan Piala Super UEFA  1988.
 Setelah pensiun, Erwin melanjutkan karir sebagai pelatih. Kini, ia mengarsiteki timnas Hongaria. 
 Ronald Koeman

 Bek dengan  spesialis tendangan keras dan berkecepatan tinggi. Bila mengambil  penalti, eksekusinya sudah dipastikan membuahkan gol. Saking kencangnya  tendangan Ronald, ia hanya perlu mengarahkan bola ke gawang. Kiper hanya bisa melongo karena tahu-tahu bola sudah masuk ke gawang. 
 Ronald juga  memiliki keistimewaan bola-bola mati dan umpan jarak jauh. Dia memenangi  berbagai gelar bersama klub-klub yang diperkuatnya. Ronald memenangi  Piala Champions dua kali di dua klub berbeda, PSV dan Barcelona.
 Ia menjadi  salah satu pilar kekuatan Belanda di Euro 1988. Ronald menjadi sorotan  saat melakukan aksi kontroversial karena seolah-olah mengelap bagian  punggungnya menggunakan kostum pemain Jerman Olaf Thon. 
 Aksi itu  dilakukannya di hadapan suporter Jerman setelah Belanda menang 2-1 di  semi-final. Ronald kemudian menyatakan penyesalannya dan minta maaf. 
 Sepanjang  karirnya, Ronald bermain 533 kali dan mencetak 193 gol. Lebih banyak  dibandingkan pemain belakang lain sepanjang sejarah sepakbola. Di  timnas, ia bermain 78 kali dan mengoleksi 14 gol.
 Setelah  pensiun, Ronald mengikuti jejak kakaknya menjadi pelatih. Karir  kepelatihannya tak terlalu buruk dan kini menangani AZ Alkmaar.
 5. De Boer
 Satu lagi dua saudara kembar dari tim  Oranje. De Boer, Ronald dan Frank, menjadi tulang punggung Belanda sejak  awal 1990-an sampai 2000-an. Hanya, De Boer bersaudara gagal memberi trophy bagi Belanda. 
 Ronald de Boer

 Ronald memiliki caps 67 dan mencetak 13 gol. Dia bermain di Piala Dunia 1994 dan 1998. Ia juga menjadi pilar Belanda di Euro 1996 dan 2000. 
 Ronald kerap  berpindah-pindah posisi di timnas. Dia biasa bermain sebagai gelandang  serang, penyerang tengah atau gelandang kanan. Di Ajax, ia juga bermain  sebagai gelandang serang dan kemudian pindah di kiri. 
 Ronald memang  akrab dengan saudara kembarnya. Mereka sering bermain bersama di timnas  maupun klub. Keduanya melejit saat mengantarkan Ajax menjadi juara  Champions 1995. 
 Selanjutnya,  De Boer berbarengan meninggalkan Amsterdam dan bergabung dengan  Barcelona.Menariknya di Barca, keduanya sama-sama gagal. Ronald hanya  bertahan dua musim sebelum pindah ke Rangers. 
 Setelah empat  musim membela Rangers, ia bermain di Qatar sampai pensiun. Kini, ia  menjalankan bisnis di Qatar dan menjadi analisis televisi. Ronald pula  yang sukses mendatangkan AC Milan ke Qatar. 
 Frank de Boer 

 Frank  merupakan adik kembar Ronald. Ia lahir sepuluh menit kemudian setelah  Ronald. Bila kakaknya bermain di tengah atau depan, Frank lebih banyak  beroperasi di belakang. Semula, ia bermain di bek kiri dan kemudian  pindah di bek tengah. 
 Ia termasuk  bek bertalenta. Frank memang lemah dalam kecepatan, namun ia memiliki  umpan akurat. Dia juga spesialis tendangan bebas.
 Frank  melakukan debut di timnas pada September 1990 melawan Italia. Dia  seorang pemimpin dan memegang ban kapten timnas sampai pensiun usai Euro  2004. 
 Sempat  tercatat paling banyak membela timnas dengan 112 kali ermain, namun  rekor Frank kemudian dilewati rekannya, kiper Edwin van der Sar yang  masih bermain sampai Euro 2008. 
 Frank  dikenang saat memberi umpan jarak jauh kepada Dennis Bergkamp yang  diselesaikannya dengan gol ke gawang Argentina di perempat-final Piala  Dunia 1998. Gol di menit terakhir dari Bergkamp menyingkirkan Argentina  sekaligus meloloskan Belanda ke semi-final. 
 Namun, Frank  juga memiliki memori buruk saat dua kali gagal menyelesaikan penalti di  semi-final Euro 2000 melawan Italia. Penalti pertama diproleh di waktu  normal dan kemudian ia kembali gagal saat adu penalti. Belanda akhirnya  gagal ke final. 
 Seperti  Ronald, kakaknya, Frank juga gagal di Barca. Bahkan dia sempat mendapat  sanksi karena penggunaan doping. Ia kembali bermain bersama Ronald di  Rangers dan klub Qatar, Al-Rayyan. Kini, ia menjadi asisten pelatih  timnas. 
 6. Vieira de Oliveira 
 Negeri  sepakbola Brasil termasuk tak banyak melahirkan kakak beradik yang  mencuat di sepakbola. Socrates adalah salah satu dari sedikit  pesepakbola yang adiknya, Rai, juga meraih sukses. 
 Socrates 

 Bernama lengkap Brasileiro Sampaio de  Souza Vieira de Oliveira. Tampil di Piala Dunia 1982 dan 1986.  Sayangnya, ia gagal membawa gelar. Socrates menjadi kapten tim di Piala  Dunia 1982 yang disebut-sebut sebagai jogo bonito terakhir dalam sepakbola Brasil. 
 Socrates  termasuk pribadi multidimensional. Sebagai pesepakbola, ia termasuk  legenda Brasil. Gelandang dengan keistimewaan pengumpan yang ekselen dan  pengatur tim. Karena itu, ia menyandang ban kapten. 
 Kemampuannya  sebagai dirigen dengan mengatur permainan juga tak ada duanya. Ciri khas  Socrates adalah umpan dengan tumit yang dilakukannya tanpa perlu  melihat rekannya.
 Socrates juga  seorang dokter, sebuah perpaduan yang sangat jarang dalam sepakbola.  Apalagi di Brasil. Bahkan ia juga seorang intelektual dan mendapat gelar  doktor filosofi. 
 Uniknya, Socrates yang pernah bermain di Fiorentina ini juga seorang peminum dan perokok berat. 
 Bagi  Socrates, sepakbola tak sekadar permainan menang kalah yang dilakukan 22  orang tapi juga untuk menyuarakan pergerakan demokratisasi. Melalui  sepakbola, ia menentang diktator militer. 
 Socrates juga mendirikan pergerakan  Demokrasi Corinthians. Di setiap pertandingan, ia selalu mengenakan kaos  dalam yang bertuliskan Democracia. 
 Keunikan  Socrates tak berhenti. Di usianya yang ke-50, ia pernah menerima tawaran  melatih merangkap pemain di klub amatir Garforth Town di Inggris. Ia  hanya sekali bermain selama 20 menit sebagai pemain pengganti. 
 Dengan segala keunikannya, ia termasuk salah satu dari 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. Majalah World Soccer juga  memasukkannya sebagai 100 pesepakbola terbesar sepanjang sejarah.  Socrates masuk dalam Museum Hall of Fame Sepakbola Brasil. 
 Rai

 Gelandang  dengan nama lengkap Rai Souza Vieira de Oliveira. Meski mencetak gol  dari titik penalti di pertandingan pertama melawan Rusia, namun  penampilan Rai cenderung merosot. 
 Ia mengalami  kesulitan untuk menunjukkan kemampuannya. Padahal, ia adalah kapten tim.  Kelemahannya, ia kesulitan beradaptasi dalam tim baru.
 Akibatnya,  sejak babak perempat-final, Rai sudah tak diturunkan lagi. Ban kapten  diserahkan kepada Dunga yang dinilai memiliki kharisma dan pengaruh  dalam tim. Tak heran bila Dunga lebih populer ketimbang Rai. 
 Gagal  bersinar di timnas, namun Rai sukses di klub yang dibelanya. Ia  mengantarkan Sao Paulo meraih berbagai gelar juara. Bahkan Sao Paulo  menjadi tim yang paling banyak meraih gelar dan mengungguli Santos.
 Rai pernah ke Eropa untuk memperkuat Paris St Germain selama lima musim. Saat pulang ke Brasil, ia kembali membela Sao Paulo. 
 7. Witschge
 Belanda tak  berhenti memunculkan dua bersaudara yang kerap bermain bersama. Bahkan  Witschge bersaudara saling menggantikan posisi bila salah satu absen.
 Rob Witschge

 Witschge  bersaudara memang sangat akrab. Saat bermain bersama di Ajax maupun  timnas Belanda, keduanya sering saling menggantikan karena sama-sama  bermain di lini tengah. Rob turut mengantarkan Ajax meraih Piala Winner  1987. 
 Setelah tiga  musim di Ajax, ia memperkuat Saint-Etienne. Namun, Rob gagal mendapat  tempat di tim utama sehingga cuma bertahan dua tahun sebelum kembali ke  Belanda. Kali ini, ia memperkuat Feyenoord. Rob menutup karirnya sebagai  pemain di Arab Saudi dengan memperkuat Al-Ittihad.
 Rob melakukan  debut di timnas pada 4 Januari 1989. Ia tampil di Euro 1992 dan Piala  Dunia 1994. Setelah pensiun, ia menjadi asisten pelatih. 
 Richard Witschge

 Mengikuti  jejak sang kakak dengan mengawali karir di Ajax. Namun, saat  meninggalkan Amsterdam, ia bergabung dengan Barcelona yang diarsiteki  legenda Belanda Johan Cruyff. 
 Richards juga  pernah bermain di Prancis dengan memperkuat Bordeaux dan kemudian  menjajal Liga Primer Inggris saat dipinjamkan ke Blackburn Rovers pada  1995. Bersama Blackburn, ia merasakan gelar juara Liga Primer dan sukses  menghentikan dominasi Manchester United yang begitu perkasa.
 Richards tampil di Piala Dunia 1990. Namun, ia terpaksa absen di Euro 1992 karena cedera. Posisinya digantikan kakaknya. 
 8. Baresi 
 Kakak adik yang 'dipisahkan' oleh dua tim yang berseteru.
 Giuseppe Baresi 

 Dari Italia,  muncul Baresi bersaudara. Giuseppe adalah kakak dari salah satu bintang  Italia Franco. Keduanya sama-sama menempati lini belakang dengan menjadi  bek. 
 Hanya, mereka  terpaksa 'bermusuhan' di lapangan hijau. Bila Franco menjadi legenda AC  Milan, sebaliknya Giuseppe adalah bagian tak terpisahkan dari Inter  Milan.
 Giuseppe menghabiskan karirnya di Inter meski sempat bermain di Modena sebelum memutuskan untuk pensiun. 
 Ia bermain selama 16 musim di Inter dan kemudian menjadi kapten Nerazzurri. Ia memberi dua Scudetti dan Coppa Italia. Hanya, Giuseppe kurang bersinar di timnas dibandingkan sang adik. 
 Ia bermain 13  kali termasuk di Piala Dunia 1986. Di ajang itu, adiknya justru absen.  Setelah pensiun, ia kembali ke Inter untuk menangani tim yunior.
 Franco Baresi 

 Franco jauh lebih bersinar dibandingkan kakaknya. Franco memimpin barisan pertahanan Milan. 
 Bersama Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Mauro Tassotti, lini belakang Milan disebut-sebut sebagai back fours terbaik yang pernah ada.
 Franco juga meraih sukses gemilang dengan memenangi enam gelar Serie A Italia dan tiga kali menjadi juara di Piala Champions. 
 Hanya, Franco  muncul di era yang kurang tepat. Dia tampil sebagai bek muda berbakat  Italia saat legenda Gaetano Scirea tengah mencapai puncak performa.  Akibatnya, ia hanya menjadi bayang-bayang sang legenda sampai akhirnya  pensiun. 
 Ia menjadi  bagian dari tim Italia yang memenangi Piala Dunia 1982. Hanya, Franco  tak pernah dimainkan karena menjadi cadangan Scirea. 
 Ia absen di  Piala Dunia 1986 dan kemudian mengantarkan Italia menduduki peringkat  tiga di Piala Dunia 1990. Di Piala Dunia 1994, ia 
 absen di empat pertandingan pertama. Setelah pulih, ia kembali menjadi absen dan berperan besar di final. Aksi tackling dan intersepnya menyulitkan Brasil membobol gawang Italia.
 Sayang,  Italia gagal setelah kalah adu penalti. Ia sendiri gagal menuntaskan  penalti pertama. Setelah pensiun, Franco kembali ke Milan sebagai  pelatih tim yunior. Ia juga termasuk salah satu 125 legenda hidup  sepakbola pilihan Pele. 
 9. Maradona 
 Dua bersaudara dengan perbedaan yang sangat kontras baik di dalam maupun luar lapangan. 
 Diego Maradona 

 The Greatest. Yang terbesar tak hanya di Argentina tapi dunia. Pemain bertalenta luar biasa yang pernah dilahirkan dalam sepakbola dunia. 
 Di Piala Dunia 1986, Diego Maradona ditambah 'sepuluh pemain' membawa Argentina menjadi juara. Ia menjadi centre stage di Meksiko. 
 Saat  menghadapi Inggris, ia mencetak dua gol luar biasa yang setidaknya  mewakili karakteristiknya. Seorang pemain dengan talenta hebat sekaligus  kontroversial.
 Gol pertama dicetak dengan tangannya yang kemudian dikenal dengan 'Hand of God'. Gol kedua sangat spektakuler karena Maradona melewati enam pemain Inggris. Gol tersebut menjadi 'The Goal of Century'. Namun, bagi orang Argentina, gol pertama yang paling disuka. 
 Maradona  dengan segala kontroversinya. Bagi warga Napoli, ia menjadi dewa karena  mengangkat prestasi tim di kota itu. Namun, Maradona juga sangat dekat  dengan narkoba. Kisah kehidupan yang membuatnya penuh kontroversi.  Bahkan saat ia mengundurkan diri. 
 Namun,  pernyataan dari Lionel Messi melukiskan bagaimana sosok Maradona bagi  Argentina. "Apa pun kata orang tentang dia atau apa pun yang  dilakukannya, ia tetap pemain yang terbesar di dunia," kata Messi.
 Kontroversinya  masih berlanjut saat Maradona menjadi pelatih tim nasional. Tak punya  prestasi apa pun sebagai pelatih, tiba-tiba ia diberi tanggung jawab  besar. Hebat sebagai pemain, tapi gagal total sebagai pelatih.
 Hugo Maradona

 Bila Maradona  menjulang sebagai pesepakbola yang penuh kontroversi, sebaliknya  adiknya Hugo Hernan Maradona merupakan pemain biasa-biasa saja.
 Bak bumi dan  langit antara kakak dan adik. Hugo merupakan adik paling kecil dari  Diego. Ia sempat masuk tim nasional U-16. Namun usai tampil di Piala  Dunia U-16 di Cina, karirnya di timnas tak berlanjut.
 Meski  demikian, Hugo sempat bermain di Eropa. Ia juga mengikuti jejak kakaknya  dengan bermain di klub Italia, Ascoli. Sayang, Hugo yang biasa bermain  sebagai gelandang ini gagal bersinar. 
 Tak pernah  mencetak gol sehingga dijual ke Rayo Vallecano. Hugo juga sempat bermain  di Rapid Vienna dan kemudian menyemarakkan Liga Jepang. 
 Saat pensiun,  Hugo hidup tenang di Argentina. Kontras dengan kehidupan sang kakak  yang tak pernah lepas dari skandal dan kontroversi. 
 10. Kovac 
 Dari Kroasia  muncul Kovac bersaudara. Niko dan adiknya Robert menjadi tulang punggung  timnas. Keduanya bermain bersama di Bayer Leverkusen, Bayern Munchen  dan timnas.
 Niko Kovac 

 Gelandang bertahan yang memiliki umpan akurat dan kemampuan dalam melakukan tackling. Saat pensiun, ia tercatat sebagai pemain tertua di skuad Kroasia. 
 Niko termasuk  kapten yang mampu menaikkan motivasi rekan-rekannya. Ia memimpin  Kroasia di Piala Eropa 2004 dan 2008 serta Piala Dunia 2006. Niko  menghabiskan karirnya di Jerman dengan memperkuat klub-klub elit  Bundesliga, termasuk Bayern Muenchen. 
 Setelah 13 tahun bermain untuk timnas, ia memutuskan pensiun agar memberi kesempatan kepada pemain muda.
 Robert Kovac 
 Saat kakaknya  pensiun di timnas, ban kapten diserahkan kepada Robert, adiknya. Kini,  Robert menjadi pemain paling senior di skuad Kroasia. 
 Dibandingkan  kakaknya, karir Robert di klub lebih mentereng. Dia bermain di klub-klub  papan atas. Bahkan Robert yang menempati bek tengah bertahan cukup lama  di Bayern. 
 Saat  meninggalkan Bayern, ia bergabung dengan klub elit Serie A Italia,  Juventus, pada 2005. Ia termasuk salah satu dari sedikit pemain bintang  yang memilih bertahan di Juve saat dihukum terdegradasi ke Serie B.  Kini, ia bermain di Dinamo Zagreb.
 Robert turut berlaga di Piala Dunia 2002 dan 2006. Dia juga mengantarkan Kroasia lolos ke Piala Eropa 2004.
Sumber: http://www.goal.com/id-ID/news/2279/editorial/2009/10/10/1553040/spesial-sepuluh-kakak-adik-terbaik-dalam-sejarah-sepakbola








0 komentar:
Posting Komentar